BMKG Prediksi Awal Musim Kemarau 2025 Terjadi pada Maret, Berikut Cakupan Wilayah Berdasarkan Zona Musim
Tekno & SainsNewsHot
Redaktur: Maryanto PM

Foto: Ilustrasi musim kemarau dengan tanah retak/Freepik

Jakarta, tvrijakartanews - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan, awal musim kemarau tahun 2025 di sebagian besar zona musim diprediksi terjadi pada periode waktu yang sama dengan normalnya yaitu sesuai dengan awal musim kemarau selasa 30 tahun terakhir. Namun, beberapa zona musim mengalami maju dan sebagian mundur dari rerata normal.

"Jika dibandingkan terhadap rerata klimatologinya, yaitu periode 1991 hingga 2020, jadi ini ada 30 tahun ya rerata iklim selama 30 tahun, hingga tahun 2020, maka awal musim kemarau 2025 di Indonesia diprediksi terjadi pada periode waktu yang sama dengan normalnya yaitu sesuai dengan awal musim kemarau selasa 30 tahun terakhir, yang sama adalah sebesar 207 zona musim atau 30%, namun ada yang mengalami mundur dari rerata normalnya yaitu sebesar 104 zona musim atau 29% zona musim dan 104 zona musim atau 22% zona musim mengalami maju dari rerata klimatologinya," jelas Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers Prakiraan Musim Kemarau 2025 pada Kamis (13/03).

Dwikorita menyebut musim kemarau 2025 diprediksi pertama kali terjadi pada Maret 2025 di 6 zona musim atau 0,86% zona muzim. Zona musim ini mencakup sebagian kecil wilayah Jawa Barat bagian Utara, sebagian pulau Madura atau Jawa Timur, sebagian kecil Kalimantan Utara, dan Nusa Penida Bali.

Kemudian, pada April 2025 sebanyak 115 zona musim atau 16,5% zona musim diprediksi memasuki musim kemarau. Meliputi wilayah Lampung bagian Timur, pesisir utara Jawa bagian Barat, pesisir Jawa Timur, sebagian Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.

Selanjutnya pada bulan Mei 2025, wilayah yang diprediksi mengalami musim kemarau meluas hingga 147 zona musim atau 21% zona musim. Mencakup sebagian kecil Sumatera, sebagian besar Jawa Tengah dan Jawa Timur, sebagian Kalimantam Selatan, Bali, serta Papua bagian Selatan.

Berikutnya pada Juni 2025, 141 zona musim atau 20,2 zona musim diprediksi mengalami musim kemarau, mencakup sebagian besar Sumatera, sebagian besar Jawa bagian Barat, Kalimantan bagian selatan, serta sebagian kecil wilayah di Sulawesi dan Papua.

Adapun wilayah yang mengalami kemarau sama dengan normalnya tersebar di Sumatera, Jawa Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Gorontalo, dan Sulawesi Utara, sebagian Maluku serta sebagian Maluku Utara. Sedangkan wilayah yang diprediksi akan mengalami musim kemarau mundul dari rerata klimatologinya mencakup Kalimantan Bagian Selatan, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi, sebagian Maluku Utara, dan Merauke.

Sebanyak 416 zona musim atau 60% zona musim, diprediksi akan mengalami akumulasi curah hujan sepanjang musim kemarau yang bersifat normal. Meliputi sebagian besar wilayah Sumatera, Jawa Bagian Timur, Kalimantam, sebagian besar Sulawesi, Maluku, dan sebagian besar Papua Barat. Sedangkan, sebanyak 185 zona musim atau 26% zona musim diprediksi mengalami musim kemarau dengan sifat atas normal. Wilayah ini diprediksi akan menerima curah hujan musiman yang lebih tinggi dari biasanya. Meliputi sebagian kecil Aceh, sebagian besar Lampung, Jawa bagian Barat dan Tengah, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, sebagian kecil Sulawesi, dan Papua bagian Tengah.

Di sisi lain, sebanyak 98 zona musim atau 14% zona musim diprediksi mengalami musim kemarau dengan sifat bawah normal atau lebih kering dari normal. Mencakup wilayah Sumatera bagian Utara, sebagian kecil Kalimat Barat, Sulawesi bagian Tengah, Maluku Utara, dan Papua bagian Selatan.

"Tentunya yang lebih kering ini perlu diwaspadai terkait rendahnya curah hujan dan potensi-potensi kekeringan," lanjutnya.